Alkisah ada seekor katak muda yang tinggal di tepian sungai. Katak itu hidup dengan damai dan penuh kebahagiaan. Saat hujan turun, katak itu akan bernyanyi dengan riangnya. Menari di bawah tetes-tetes air hujan yang membasahi kulitnya. Berenang di sungai dengan santainya tanpa takut akan derasnya arus sungai. Sang katak menjalani hari-harinya dengan penuh suka cinta.
Pada suatu masa datanglah musim panas yang tak diduga-duga oleh sang katak. Sungai yang menjadi tempat bermain sang katak, kini airnya semakin hari semakin berkurang. Dan terus berkurang hingga akhirnya mengering. Katak muda belingsatan, mengharapkan hujan turun agar sungainya kembali penuh teraliri air. Memimpikan sungai dengan arus yang deras seperti dahulu kala.
Kini katak mulai kepanasan dan menderita karena kulitnya menjadi kering. Karena tak tahan dengan sengatan matahari, katak mulai mencari tempat untuk berlindung. Lalu dia menemukan secercah perlindungan dibalik sebuah tempurung kelapa. Sebuah tempurung kecil yang nyaman untuk berlindung dari sengatan sinar mentari.
Kawanan keong serta itik berkali-kali mencoba mengingatkan sang katak untuk mencari perlindungan yang lain. Namun apa daya perkataan teman-temanya tidak dihiraukan, sang katak tetap memilih rasa aman. Bertahan hidup di bawah tempurung kelapa yang gelap dan sempit merupakan pilihan yang telah diambil sang katak. Setiap harinya katak selalu berharap panas akan segera hilang, dan hujan segera turun.
Itulah yang dilakukan katak setiap hari, hanya berharap di balik segala rasa tenang dan aman. Sang katak rupanya tidak sadar bahwa dia tengah membodohi dan membohongi dirinya sendiri. Tempurung itu memang teduh dan mampu menahan ganasnya panas mentari yang dapat menyengat tubuhnya. Akan tetapi tempurung itu juga menahan rintik-rintik hujan yang hendak memandikannya. Mengurungnya dari derasnya sungai yang dirindukannya. Tempurung itu juga telah menyembunyikan sang katak dari teman-teman yang mencarinya setiap hari. Sang katak kelewat mencintai tempurungnya, hingga ia lupa dengan masa lalunya yang begitu indah.
Itulah yang dilakukan katak setiap hari, hanya berharap di balik segala rasa tenang dan aman. Sang katak rupanya tidak sadar bahwa dia tengah membodohi dan membohongi dirinya sendiri. Tempurung itu memang teduh dan mampu menahan ganasnya panas mentari yang dapat menyengat tubuhnya. Akan tetapi tempurung itu juga menahan rintik-rintik hujan yang hendak memandikannya. Mengurungnya dari derasnya sungai yang dirindukannya. Tempurung itu juga telah menyembunyikan sang katak dari teman-teman yang mencarinya setiap hari. Sang katak kelewat mencintai tempurungnya, hingga ia lupa dengan masa lalunya yang begitu indah.
Teduh dan Gelapnya tempurung yang melindungi dari sengatan panas.
Damai dan Sunyinya tempurung yang mengayomi kehidupannya.
Sang katak sama sekali tidak berminat untuk keluar dari sana dan menghadapi dunia.
Damai dan Sunyinya tempurung yang mengayomi kehidupannya.
Sang katak sama sekali tidak berminat untuk keluar dari sana dan menghadapi dunia.
Beberapa bulan kemudian tersiar kabar diantara teman-teman katak.
"Hey, sudah dengar kabar tentang si katak?", tanya keong pada sekawanan itik.
"Hey, sudah dengar kabar tentang si katak?", tanya keong pada sekawanan itik.
"Katak? Bukannya dia sudah mati?", jawab salah satu itik.
"Ya, mati.", jawab itik yang satunya lagi.
"Kemarin pagi.", tukas itik yang ketiga.
"Oh. Kenapa?", tanya keong dengan nada sedikit kaget.
"Kabarnya, dia mati kehausan.", jawab salah satu itik.
"Tapi bukankah dia tinggal di dalam tempurung yang tidak panas?", tanya keong dengan nada penuh penasaran.
"Ya, tapi di dalam sana juga tidak ada air.", jawab ketiga itik itu secara bersamaan.
Hidup dalam zona nyaman memang kelihatan sangat enak dan menyenangkan. Namun bahaya yang akan kita temui dalam zona tersebut jauh lebih besar dari apa yang pernah kita bayangkan sebelumnya.
Jangan pernah menjadi Katak seperti cerita diatas, jadilah seperti Udang(baca juga Belajar Hidup Dari Udang). Salam Sukses.Lebih baik mati saat mencoba melewati keterbatasanku, daripada selamanya hidup dalam keterbatasan yang terus mengekang.
EmoticonEmoticon