" This is the first time I ventured to share my story in here, about someone who means a lot to me ...
Wah lumayan nih dapet libur tiga hari. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengantarkan Tuan Putri ke tempat impiannya, puncak gunung (Tuan Putri yang aneh, masak ke gunung?). Pesan singkatpun langsung terkirim mengabarkan bahwa saya dapat libur dadakan selama tiga hari, dan tak lupa sebuah ajakan manis(mendaki lawu) tertulis di dalamnya. Dan tak lama kemudian SMS balasan dari "Caist"pun saya terima. Isi SMS itu banyakan icon smileynya ketimbang tulisan teksnya (bisa dibayangkan betapa senangnya dia saat itu).
Look away at Me . . . |
13:00 Karawang - Madiun, Matarmaja, Matarmajaku, dimana engkau berada?
" siang itu matahari begitu panas menyengat ubun-ubun, masuk ke relung jiwa ini berusaha menggerogoti api semangat, hiruk pikuk kota kerawang terasa sangat menyesakan nafas, hingga antusias ini hampir saja mati tercekik bosan. Namun aku kan tetap mengayunkan langkah ini, memenuhi sebuah janji suci kepadamu sayang "
Tiketpun saya pesan. "Ini Mas tiketnya, dan ini nomor bangku tempat duduk Mas." . "Wah, tumben ada tempat duduk Mbak?, terima kasih.", sindiran kecilku kepada petugas tiket itu. Menunggu datangnya Matarmaja sambil ngobrol dengan beberpa kenalan di stasiun cikampek. Setengah jam kemudian Matarmaja menepi ke Stasiun Cikampek, dan petualangan ini akan segera dimulai. Kereta melaju dengan kencangnya, sayapun mencoba memejamkan mata berharap dapat segera sampai di Madiun Kota Gadis.
Pukul 02:15, Matarmaja menepi di stasiun Besar Kota Madiun. Masih lama sekali, masih sekitar 5 jam lebih saya harus menunggu jemputanku di stasiun. Tak lupa saya sembahyang Maghrib dan Isya terlebih dahulu. Suasana di stasiun pagi itu tidak terlalu sepi, banyak orang yang "midar-mider"(wara-wiri). Mulai dari tukang ojek yang dengan giatnya menawarkan jasa ojek mereka, ada juga para penjual nasi pecel Madiun yang terkenal itu dan para calon penumpang kereta juga ikut meramaikan suasana stasiun kala itu. Koranpun saya gelar sebagai alas tidur, makan seadanya sisa kemarin sore (melas banget mas? :( padahal gak seperti itu. hehehe. . . .).
“ Dimana akau beradaDi padang pasir yang menghampakanDi tengah hutan belantara yang menyesatkan,Atau di Samudra lepas yang membingungkan.Jika disana aku masih bisa bersamamuDisanalah bagian dari surgaku berada “
Jemputan saya datang sekitar pukul 07:00, dan kami langsung tancap gas Menuju Puncak Lawu maaf salah maksudku Cemoro Sewu. Persiapan terakhir kami lakukan disana, mulai dari pembelian logistik, membayar biaya pendakian, packing ulang, dll.
Sekitar pukul 09:00 kami berdua mulai mendaki. Suasana Lawu saat itu lumayan ramai, banyak juga pendaki yang mendaki Lawu kemarin hari. Jadi bisa disimpulkan saat itu banyak pendaki yang turun dari pada yang naik. Wah, bisa-bisa gak ada orang nih Lawu, mengerikan juga di Lawu cuma berdua bersama seorang cewek. Tak apalah, harus belajar jadi pelindung dan pendamping yang baik.
" Meskipun aku tak punya sayap untuk terbang ke angkasa, setidaknya aku masih punya engkau di dalam hatiku yang dapat mengantarkanku ke surga"
Bisa dibilang kami mendaki dengan sangat santai, saya sering memintanya berhenti untuk sekedar foto -foto(padahal saya pengen istirahat :P ). Di sepanjang jalan dia sering ninggalin saya, berjalan dengan cepat, maklum pendaki baru (belum bisa menikmati arti pendakian sebenarnya, maaf, memang begitu, saya sendiri juga masih begitu). Di tengah perjalanan dari pos I - pos III kami sesekali masih berpapasan dengan pendaki yang ingin turun. Namun setelah pos IV kami tak berpapasan sama sekali dengan pendaki lain, Lawu Kala Itu Milik Kita Berdua.
I See . . . |
Lawu saat itu sangat cerah, banyak sekali spot-spot indah yang sayang untuk dilewatkan. Tapi sayang saat kami hampir sampai di pos IV cuaca berubah drastis, semula langit yang tampak cerah kini sedikit cemberut kepada kami. Sekitar pukul 15:30 kami mendaratkan kaki kami di pos IV. Udara dingin langsung menyambut kami sore itu. Angin basah yang berhembus semakin membuat kami menggigil kedinginan. Untuk mengambil air Whudu saja kami harus merasakan sakit di sekujur jari-jemari kami, benar-benar dingin Lawu kala itu.
"Kita melihat keindahan dunia dengan mata, kita mendengar kemerduan dunia dengan telinga, kita menyentuh indahnya dunia dengan tangan, namun kita melihat, mendengar serta menyentuh keagungan surga hanya cukup dengan CINTA"
Tendapun segera kami dirikan disekitaran Sendang Drajat. Untuk mengusir rasa dingin di sekujur tubuh kami memesan minuman hangat di warung pos IV, untung warungnya buka jadi kami tidak sendiri lagi di Lawu. Setelah tenda berdiri, kami berdua berusaha melawan rasa dingin untuk melihat iring-iringan awan yang sangat spektakuler. Pemandangan sunset yang bisa dibilang Perfect (moment yang pas bersama orang yang pas).
Feel the Cloud, Perfect...!!! |
Rasa dingin semakin tidak karu-karuan menyerbu kami, dengan sangat terpaksa kami harus meninggalkan pemandangan senja yang spektakuler itu. Dia sempat takut dengan dingin yang dia rasakan, saya berusaha membuatnya tenang dan meyakinkanya kalau itu hal yang biasa terjadi di ketinggian. Waktunya masak untuk mengisi perut yang sudah keroncongan karena dari tadi siang belum makan sama sekali. Niat kami untuk menikmati langit malam harus kami lupakan karena cuaca yang tidak bersahabat. Cahaya rembulan yang samar-samar malam itu hanya bisa kami nikmati dari dalam tenda. Fisik yang sudah sangat capek meminta untuk di istirahatkan, akhirnya kami memejamkan mata kami berharap esok hari Allah berkenan kepada kami dan memberikan langit yang cerah. Semoga saja.
“ Cinta adalah kesederhanaanku dalam menilai segala hal yang mempesona dalam dirimu. Dan kekagumanku dalam menilai kesederhanaan dalam dirimu “
Namun keadaan berkata lain, cuaca masih saja seperti kemarin malam. Tidak apa-apa, kami belum beruntung kali ini. Kami meneruskan perjalanan menuju Hargo Dumillah. 15 menit dari pos 1V menuju Tanah Tertinggi di Gunung Lawu. Dengan sejuta bangga dan rasa cinta saya mempersilahkannya untuk melangkahkan kaki pertama kali di puncak impiannya. Saya berhasil mengantarkannya menggapai puncak impiannya, dalam moment itu saya melihat 2 tahun silam saat pertama kali saya menyentuh puncak pertama saya. Di tempat ini pula, tempat dimana kekasih saya sedang berdiri sekarang. Rasa bangga dan bahagia terpancar dari raut wajahnya.
Our First Peak |
Kami tak berlama-lama di puncak itu, setelah foto-foto kami kembali ke pos IV untuk segera mengisi perut dan packing. Setelah packing selesai kami langsung turun, di perjalanan turun kami benar-benar sendiri. Di sepanjang perjalanan turun kami tak menjumpai satu orangpun, Lawu Kala Itu Milik Kita Berdua lagi. Sekali lagi mental kami diuji disini. Perjalanan turun kami tak memakan waktu yang lama, kami mulai meninggalkan pos IV pukul 10.00, dan sekitar pukul 14:00 kami sudah sampai di pos Cemoro Sewu.
Deep Blue Sky Whitout White |
Tears Of The Sun |
Kami beristirahat sebentar di salah satu warung warga untuk selanjutnya kembali ke Kota. Dan inilah salah satu hal yang sangat dibenci semua orang, yaitu perpisahan. Perpisahan dengan Lawu dan perpisahan dengan seseorang yang sangat spesial di hidupku. Bagaimanapun juga kami harus kembali ke kehidupan kami masing-masing. Sampai ketemu lagi di kesempatan yang berbeda, saya selalu senang bersamamu. Jangan kapok mendaki lagi bersamaku.
Is The Way Of Life |
(* ditulis dengan sangat jujur dengan perasaan ini, dalam keadaan rindu yang sangat dalam, dengan cinta dan kasih sayang, untuk kekasihku tercinta yang jauh disana, aku sangat merindukanmu, selalu. . .
Just For You Mycais . . .
wah.. kamu bikin aku peneng muncak lagi aja mas.. kalau mau ada acara muncak aku di ajak tho.. hehee.
ReplyDelete@Sucipto:hehehehe, segala bentuk ketertarikan bukan penulis yang tanggung. hehehehe, iya mas mari mendaki bersama. Tapi saya sekarang lg ngrantau di karawang, gak di Ngawi lg. kpan kpan aja, ok?
ReplyDelete@Andriansyah:hahah,,, iya mass,, kapan kapan wae.. aku jga baru muncak july kmaren kok,,, tapi masih pengen lagi.. :D
ReplyDelete@Sucipto:iya, seperti makan cabe, pedes tapi ngangenin. hehehehe.
ReplyDeletemau dunk ke lawu....so sweet banget sih.... :P
ReplyDelete@Ririy Alfalih:ayo, Lawu dah nunggu kamu. Alhamdulillah dibilang so sweet bgt, semoga saja sadar n ikhlas pas ngomongnya.hehe
ReplyDeletengeheee
ReplyDelete@andungapry:spammer detected....... (*gak apa-apa buat nambah-nambahin komen aja.
ReplyDeletewewwww ..
ReplyDeleteAndrii ..
dunia serasa milikmu berdua,
yang lain ngontrak yeee :D
hehee ..
keren tulisanmu, bikin pengen kesana :D
@chaeoche: hmmm. terima kasih banyak ka' chae, lawu memang indah, apalagi jika kita kesana dengan orang yang "tepat". Visit Lawu 2012.
ReplyDeleteyang lain ngontrak ya gan :(
ReplyDelete@bend: Iya ngontrak semua,Dunia milik kami berdua,, :P Makasih mas atas kunjungannya...
ReplyDeletewaa pengen. . . T.T
ReplyDelete@ Mas pirates : hayu Mas, gak ada kata bosan dalam sebuah pendakian, feel the different...
ReplyDelete